APS Tekankan Penguatan Masyarakat Adat sebagai Aktor Utama Pembangunan Papua

Tanah Merah, InfoPublik - Dalam rangkaian Konferensi Masyarakat Adat Enam Suku, pemateri dari Analisis Papua Strategis (APS), Lausdeo Calvin Rumayong, memaparkan pentingnya penguatan masyarakat adat sebagai aktor utama pembangunan Papua.

Lausdeo, yang juga seorang akademisi dan mantan Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden, menjelaskan bahwa APS merupakan komunitas profesional global yang berdiri sejak 2015 dan kini berperan aktif dalam riset, pendidikan, diplomasi, serta penguatan kapasitas masyarakat Papua, Senin ( 17/11/2025).

Analisis Papua Strategis (APS) telah tiga kali menyelenggarakan konferensi strategis pembangunan Papua, bekerja sama dengan berbagai lembaga nasional dan internasional.

Dalam paparannya, Lausdeo menyoroti sejumlah program APS seperti kerja sama dengan lembaga PBB (UNFAO), pendampingan ekonomi masyarakat, peningkatan konektivitas laut, hingga diplomasi internasional. Semua program tersebut bertujuan memperkuat kapasitas SDM, khususnya orang asli Papua (OAP).

Analisis Papua Strategis (APS) menyampaikan data bahwa jumlah OAP terus menurun akibat rendahnya angka kelahiran, meningkatnya kematian, konflik sumber daya alam, hingga hilangnya bahasa suku kecil. Karena itu, perempuan, anak, pemuda, dan lingkungan hidup ditegaskan sebagai empat pilar utama pembangunan masyarakat adat. “Jika perempuan tidak diselamatkan, maka tidak ada generasi penerus,” tegas Lausdeo.

Analisis Papua Strategis (APS) mendorong hasil Konferensi Enam Suku menjadi masukan strategis RPJMD Boven Digoel, khususnya melalui pendekatan kualitatif berbasis perspektif adat. Ada dua produk utama yang direkomendasikan APS:

1. Pendirian Rumah Adat Enam Suku sebagai pusat penguatan fungsi adat.

2. Pembentukan Peradilan Adat untuk menangani persoalan yang tidak terselesaikan melalui mekanisme hukum formal.

Lausdeo juga menekankan pentingnya pembangunan bandara dan pelabuhan sebagai akses vital wilayah adat, serta regulasi khusus masyarakat adat untuk mengawal investasi, mencegah konflik tanah, dan melindungi hak ulayat.

Mengakhiri paparannya, Lausdeo mengajak enam suku untuk meletakkan dasar strategis bagi 10–100 tahun ke depan. "Mimpi besar hanya dapat terwujud melalui langkah kecil yang dimulai hari ini. Konferensi ini diharapkan menjadi momentum membangun masyarakat adat yang kuat, berdaulat, dan siap menghadapi perubahan zaman” tutupnya.

(MC Boven Digoel, Nobert)