Boven Digoel Buka Konferensi Masyarakat Adat Enam Suku
Tanah Merah, InfoPublik - Pemerintah Kabupaten Boven Digoel secara resmi membuka Konferensi Masyarakat Adat Enam Suku. Pertemuan besar ini mengusung tema “Selamatkan Manusia, Tanah, dan Sumber Daya Alam Boven Digoel”.
Pertemuan ini dihadiri enam suku besar Muyu, Wambon, Auyu, Kombay, Koroway, dan Wanggom beserta unsur MRP Papua Selatan, DPR Provinsi Papua Selatan, DPRK dan DPRK Afirmasi Boven Digoel, BP3OKP, para kepala OPD, akademisi, lembaga adat, pemerhati lingkungan, tokoh agama, perempuan, pemuda, dan para kepala suku, di Aula Kantor Bupati, Senin (17/11/2025).
Dalam sambutan Bupati yang dibacakan Wakil Bupati Marlinus, pemerintah menegaskan bahwa konferensi ini merupakan momentum strategis memperkuat solidaritas masyarakat adat di wilayah Anim Ha. Pemerintah menilai bahwa Boven Digoel adalah rumah bersama bagi suku-suku asli serta masyarakat nusantara yang telah hidup berdampingan selama bertahun-tahun.
Pemerintah juga menekankan bahwa masyarakat adat bukan sekadar objek pembangunan, melainkan subjek utama yang menentukan arah masa depan daerah. Karena itu, masyarakat adat didorong untuk berpikir kritis, kreatif, inovatif, serta proaktif dalam berbagai proses pemerintahan dan pembangunan berkelanjutan.
“Keputusan-keputusan penting di bidang ekonomi, pendidikan, budaya, hingga politik harus melibatkan masyarakat adat agar melahirkan keadilan dan kesejahteraan,” demikian penegasan pemerintah daerah.
Ketua Panitia, Frengky Lande, menyampaikan bahwa persiapan konferensi telah dimulai sejak 2024 dan sempat tertunda karena pelaksanaan Pilkada. Ia menyebut pertemuan ini sebagai ajang sakral yang mempersatukan berbagai komponen adat untuk memikirkan masa depan enam suku hingga 100 tahun ke depan.
Seluruh gagasan peserta akan disusun dalam bentuk dokumen adat dan buku panduan, yang selanjutnya akan diintegrasikan ke dalam RPJMD, Renstra, dan program-program perangkat daerah.
Perwakilan enam suku, Wadonia Yolengkatu, mengajak masyarakat adat agar tetap bersatu membangun tanah adat Boven Digoel. Ia menekankan tiga pesan utama bagi generasi masa kini dan mendatang: Persatuan enam suku, Menjadikan ketakwaan sebagai fondasi moral, Menuangkan gagasan strategis bagi pembangunan Boven Digoel.
Wadonia menggambarkan Boven Digoel sebagai “surga kecil yang jatuh di bumi Papua” yang harus dijaga bersama sebagai warisan leluhur.
Konferensi ini diharapkan mampu menghasilkan rekomendasi konkret bagi pemerintah daerah dalam memperkuat perlindungan terhadap manusia, tanah, hutan, serta sumber daya alam yang menjadi identitas dan kekayaan masyarakat adat Boven Digoel.
(MC Boven Digoel, Nobert)